sponsor

» » Penulis-Penulis Pertama Kaidah Fiqih

Pada permulaan abad keempat Hijriyah, seorang ulama Hanafiyah bernama Abu al-Hasan Ubaidillah bin al-Husayn al-Karakhi wafat tahun 340 H, memulai pembukuan kaidah fiqh dalam kitabnya, Risalah al-Karakhi. Kaidah-kaidah yang termaktub dalam kitab ini tidak lain adalah tujuh belas kaidah yang dimiliki Abu Thahir. Ketujuh belas kaidah itu oleh al-Karakhi ditambahkan hingga mencapai 37 kaidah. Selain memuat kaidah-kaidah fiqh, Risalah al-Karakhi juga dilengkapi beberapa pembahasan masalah fiqh lainnya. Sekitar seratus tahun berikutnya, Abu Zayd al-Dabbusi (430 H) mengikuti langkah yang dirintis al-Karakhi dengan membukukan kaidah-kaidah fiqh madzhab Hanafi. Abu Zayd menamai hasil karyanya itu dengan nama Ta'sis al-Nazhar.
Hal yang sama juga terjadi pada dua madzhab lainnya, yakni madzhab Maliki dan Syafi'i. Qadli Abdul Wahab al-Baghdadi (422 H) dikenal sebagai ulama pertama yang menulis kitab kaidah fiqh madzhab Maliki. Beliau memberi nama karangannya itu dengan al-Nazhair dan husus mengkaji masalah-masalah fiqhiyyah yang mempunyai kemiripan karakter dan 'illat hukum.
Sementara dalam madzhab Syafi'i sejak abad kelima Hijriyah Abu Muhammad Abdillah bin Yusuf bin Abdillah al-Juwainy (438 H) mengawali penulisan kitab kaidah madzhab Syafi'i melalui karyanya, al-Furuq. Sesuai dengan namanya, kitab ini sengaja ditulis oleh al-Juwainy guna menelaah masalah-masalah furuqiyah. Jadi, jika Qadli Husayn dikenal sebagai perumus pertama kaidah fiqh Madzhab Syafi'i, maka al-Juwayni dinilai sebagai ulama pertama yang menulis kitab kaidah dalam madzhab yang di dirikan oleh Idris as-Syafi'i ini. Langkah al-Juwayni itu kemudian diikuti oleh Abu al-Abbas al-Jurjani (482 H) melalui karyanya, al-furuq yang juga membahas masalah-masalah furuqiyah. 
Sayangnya ketika memasuki abad keenam Hijriyah, gairah penulisan kitab-kitab kaidah mulai melemah kembali. Dalam jangka waktu hampir seratus tahun, tidak ada seorang ulama pun yang menulis kaitab kaidah fiqh yang sampai pada kita selain dua fuqaha madzhab Hanafi, yakni Najm al-Din al-Nasafi (537 H) dan As'ad bin Muhammad bin al-Hasan al-Karabisi (570 H). Najm al-Din al-Nasafi menulis sebuah kitab berjudul Syarh Risalah al-Karakhi yang secara khusus mengomentari dan mengulas kaidah-kaidah yang terkandung dalam Risalah al-Karakhi. Sementara As'ad bin Muhammad bin al-Hasan al-Karabisi menelurkan karyanya, al-furuq yang berisi kajian seputar perbedaan furu'iyyah dan prinsip-prinsip tentang perbedaan tersebut. Selain al-Nasafi dan al-Karabisi, tidak ada ulama lain dari madzhab manapun yang menulis kitab kaidah pada abad ini. Kondisi yang demikian terus berlangsung dalam jangka waktu hampir seratus tahun. Para ulama kemudian menyebut masa pra-fatrah sebagai periode Mutaqaddimin dan masa pasca-fatrah sebagai era ulama mutaakhirin. 
Jika ditinjau dari aspek ijtihad, maka sejak periode awal mutaqaddimin hingga masa fatrah, aktivitas ijtihad sebenarnya mengalami kemunduran dibandingkan dengan periode sebelumnya. Para fuqoha masa ini lebih menfokuskan diri untuk mengkaji pendapat-pendapat masing-masing madzhab tanpa ada upaya untuk melakukan ijtihad sendiri. Ranah ijtihad mereka hanya terbatas pada pengulasan dan pengembangan fiqh yang ada di masing-masing madzhab. hal ini mereka lakukan karena adanya suatu anggapan bahwa pintu ijtihad sudah tertutup. Mereka menilai bahwa tidak ada lagi ulama yang memenuhi syarat-syarat menjadi mujtahid mutlaq, yakni mujtahid yang memiliki metode khusus dan memenuhi kapasitas tertentu untuk mencetuskan hukum secara langsung dari nash. Kalaupun ada, maka mereka itu hanya mujtahid fi al-madzhab atau menjadi mujtahid yang ranah ijtihadnya hanya dalam madzhab tertentu dan tidak memiliki metodologi sendiri karena masih mengikuti metodologi imam madzhabnya. Kemunduran aktivitas ijtihad pada masa ini terus berlanjut hingga berabad-abad berikutnya, walaupun dalam segi penulisan kitab fiqh dan kaidah fiqh.    

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

1 komentar:

  1. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Kaos Dakwah Terbaru

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Mungkin Kau Sering Lupa Kebaikan Istrimu

    ReplyDelete