sponsor

» » Utsman bin Affan Mempersatukan Umat lewat Mushhaf Al-Iman

Senandung dakwah terus membahana sampai ke Eropa dan Asia Tengah. Islam, yang damai dan membawa rahmat bagi semesta alam, benar-benar dicintai dan dirindukan oleh setiap penduduk yang didakwahi. Zaman keemasan dakwah yang dirintis oleh Umar bin Khatthab dilanjutkan oleh penggantinya, Khalifah Utsman bin Affan. Di masa pemerintahan utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhomades, dan bagian tengah tersisa dari Persia, Transoxania, Tabaristan bisa dikuasai.
Pemerintah Utsman berlangsung selama 11 tahun. Pada paruh terakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, ia dibunuh oleh kaum pemberontak.
Pada masa pemerintahannya Utsaman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Ia juga membangun jalan, jembatan, masjid, dan memperluas Masjid Nabawi. Dalam hal L-Qur'an, Utsman memmbuat langkah penting mengenai qiraat (bacaan). Masalahnya, Islam tersebar luas, seluas wilayah pemerintahan Islam kala itu, yaitu Armenia dan Azerbaijan di timur hingga Mesir dan Tripoli di barat. Dengan demikian, kaum muslimin telah tersebar di Mesir, Syria, Irak, Persia, dan Afrika. Ke mana mereka pergi dan tinggal, Al-Qur'an tetap menjadi imam mereka, dan tidak sedikit di antara mereka yang hafal Al-Qur'an (hafizh). Namun kemudian orang membaca Al-Qur'an dengan lafaz yang beragam, sehingga menimbulkan perdebatan.
Asal mula timbulnya masalah bacaan ii, menurut pengantar dalam terjemahan Al-Qur'an Departemen Agama RI, karena Rasulullah memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab yang berada di masanya, untuk membaca dan melafazkan Al-Qur'an menurut lahjah atau dialek mereka masing-masing. Kelonggaran itu diberikan oleh Nabi supaya mereka mudah menghafal Al-Qur'an. Tetapi kemudian terlihat tanda-tanda, kalau perbedaan tentang cara membaca Al-Qur'an itu di biarkan, akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang tidak diinginkan dalam lingkungan kaum muslimin. Sahabat yang memperhatikan fenomena itu adalah Huzaifah bin Yaman, yang ikut dalam peperangan menghadapi Armenia dan Azerbaijan. Ketika kembali ke Madinah, dilaporkannya hal itu kepada Khalifah Utsman bin Affan. Kemudian Khalifah membentuk panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Mereka ini ditugasi menyalin dari lembaran-lembaran Al-Qur'an pada masa Khalifah Abu Bakar dan jika ada perbedaan di antara mereka tentang bahasa, hendaklah ditulis menurut dialek suku Quraisy, karena Al-Qur'a
n diturunkan menurut dialek mereka.
Al-Qur'an yang telah dibukukan itu dinamai dengan Al-Mushhaf, dan oleh panitia ditulis lima buah mushhaf. Empat diantaranya di kirim ke Makkah, Syria, Kufah, dan Bashrah, agar di tempat-tempat itu disalin pula masing-masing mushhaf itu. Satu buah di tinggal di Madinah, untuk Utsman sendiri, dan itulah yang dinamai Mushhaf Al-Imam. 
Sesudah itu Utsman memerintahkan untuk mengumpulkan semua lembaran yang bertuliskan Al-Qur'an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya. Maka dari Mushhaf yang ditulis di zaman itulah kaum muslimin di seluruh dunia menyalin Al-Qur'an tersebut. Adapun sedikit perbedaan bacaan, sampai sekarang masih ada, karena bacaan-bacaan yang dirawikan dengan mutawatir dari Rasulullah terus digunakan oleh kaum muslimin, dan bacaan-bacaan tersebut tidak berlawanan dengan apa yang ditulis dalam mushhaf-mushhaf di masa Utsman itu. Ketika Sayyidina Ali ditanya pendapatnya mengenai hal itu, ia mengatakan "Kalau saya dibai'at seperti dia, saya juga akan melakukan hal yang sama."
Setelah Utsman wafat, pemegang tampuk kekhalifahan adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Sumber : Alkisah   

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply